About Me

My photo
Alamat: Jl. Andi Nohong No.51 , Panreng, Kec. Baranti, Kab. Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan, Kode Pos 91652. Email : kaharuddin.anwar@gmail.com FB : Kaharuddin Anwar Pin BBM : 53BBE933 atau lewat telpon/sms di: LINE, WHATSAPP, WECHAT (aktif) 082332115544 dan 081342115544

Friday, December 17, 2010

Peternak Ayam Ketawa


Melirik Peternakan Ayam Ketawa di Sidrap
Usia Tiga Bulan Dibanderol Rp 3 juta per Ekor


POTENSIAL. H Piling dengan ternak ayam ketawa yang banyak digandrungi masyarakat Sidrap. (FOTO MAHATIR/FAJAR)
Usaha peternakan ayam selalu menyimpan potensi menjanjikan. Namun, jenis ayam yang saat ini digandrungi masyarakat Sidenreng Rappang (Sidrap), bukan ayam biasa, melainkan ayam ketawa. Laporan: MAHATIR MAHBUB, Baranti, Sidrap Ayam spesial ini disukai karena memiliki suara yang khas. Sepintas tidak ada perbedaan antara ayam ketawa dengan ayam jantan pada umumnya. Mulai dari warna serta karakternya. Kenapa disebut ayam ketawa? Sudah jelas karena ayam ini mengeluarkan suara atau kokok yang berbeda dengan ayam kebanyakan. Ayam ini mampu mengeluarkan suara yang unik, seperti orang sedang tertawa. Yang mendengarnya pun pasti akan ikut menertawakannya.

Untuk jenis ayam ketawa unggulan, konon mampu menghasilkan suara selama hampir satu menit tanpa putus. Menurut legenda masyarakat Sidrap, ayam ini dahulu hanya dipelihara para bangsawan Bugis dan merupakan simbol status sosial. Itulah sebabnya mengapa jumlah ayam jenis ini masih terbilang langka.

Untuk melestarikannya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidrap kerap menggelar pameran dan perlombaan ayam ketawa agar masyarakat kian tertarik membudidayakannya. Terlebih keunikan suara ayam ini diyakini mampu mendatangkan berkah.

Seperti pengakuan salah seorang peternak ayam ketawa, H Zulkifli Sain. Warga Desa Passeno, Kecamatan Bintara, Sidrap ini mengatakan, bisnis ayam ketawa memiliki potensi yang luar biasa. Untuk ayam berusia tiga bulan saja, kata dia, harganya sudah bisa mencapai Rp 3 juta per ekor. Beda jika ayam ketawa unggulan atau sudah ikut kontes, harganya bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Zulkfili yang akrab disapa Haji Piling ini mengaku sudah sepuluh tahun lebih beternak ayam ketawa. Itu bermula dari hobby beternak ayam dan senang mendengar suara khasnya. Untuk memelihara ayam ketawa, kata dia, tidaklah sulit. Cukup diberi makan berupa jagung dan pur, serta vitamin.

"Agar kualitas suara kokoknya semakin bagus dan semakin lama. Biar harganya pun ikut melangit. Tidak tanggung-tanggung ada saja yang mau membeli sampai harga Rp 25 juta, untuk kelas standar atau baru sekali ikut kontes," ungkapnya, Sabtu, 18 September.

Haji Piling menjelaskan, ayam ketawa biasa juga disebut ayam gaga. Dalam bahasa Bugis, disebut pula Manukgaga yang artinya ayam tergagap-gagap. Penyebarannya mayoritas di wilayah Ajattapareng, seperti Parepare, Sidrap, Barru, dan Pinrang, kemudian meluas ke daerah Jawa.

Khusus di Sidrap, ayam ketawa hanya dapat ditemukan di sekitar Kecamatan Panca Rijang dan Baranti. Di antaranya di Kampung Simpo, Arasi’e, Rappang, Benteng, Paseno dan Tonronge. Kampung-kampung ini merupakan kampung tua yang masuk dalam wilayah bekas pusat Kerajaan Bugis.

Selain melalui pameran dan perlombaan, lanjut Haji Piling, demi menunjang pelestarian sekaligus pemasyarakatan jenis ayam langka ini, dibentuklah beberapa komunitas. Persatuan Pemerhati dan Pelestari Ayam Gaga Indonesia atau P3AGI.

Kemudian Asosiasi Pencinta Ayam Gaga Indonesia (ASPAGIN), dan Pencinta Ayam Gaga Indonesia (PAGI).

"Tentu upaya ini tidak akan berjalan maksimal tanpa melibatkan komunitas-komunitas tersebut. Terkhusus Pemkab Sidrap dan Pempropv Sulsel. Tidak kalah pentingnya, kami membutuhkan perhatian khusus media," pungkasnya.

Haji Piling pun menyebutkan, sekarang ini beberapa petinggi daerah (khususnya di wilayah Ajattappareng) mulai menggandrungi memelihara ayam ketawa. Selain Bupati Sidrap, Rusdi Masse, Wali Kota Parepare, Mohammad Zain Katoe dan Bupati Enrekang, Latinro Latunrung, ada di antara petinggi daerah tersebut.

Kendati ayam ketawa ini berasal dari Kabupaten Sidrap, namun kesadaran masyarakat untuk mengembangkannya masih terbilang minim. Padahal, menurut Haji Piling, beternak ayam gaga mampu mengembangkan perekonomian masyarakat. Sama halnya di daerah Jawa, antara lain di Surabaya, Yogyakarta, Solo, dan Malang.

"Per minggu permintaan ayam ketawa dari daerah Jawa antara 20 ekor hingga 30 ekor. Untuk per ekornya, saya mematok harga Rp 500 ribu dengan usia 10 hingga 15 hari," sebutnya.

Menurut Haji Piling, di daerah Jawa pengembangbiakan atau peternakan ayam ketawa kian meningkat. Bahkan para peternaknya sudah mampu meracik makanan serta vitamin khusus guna menjaga kualitas suara ayam ini. "Inilah yang kami khawatirkan. Tidak menutup kemungkinan, ayam istimewa ini akan punah di daerah asalnya," imbuhnya.

Adapun ayam ketawa yang digemari; yakni Bakka atau ayam ketawa berwarna dasar putih mengkilap dengan dihiasi dasar hitam, orange, merah dan kaki hitam atau putih. Kemudian, Lappung, ayam ketawa berwarna dasar bulu hitam dengan merah hati dan mata putih.

Selanjutnya Ceppaga, ayam ketawa dengan warna dasar hitam dihiasi bulu hitam dan putih, ditambah betuk putih di badan sampai pangkal leher serta kaki hitam. Kooro, ayam ketawa berwarna dasar hitam dengan dihiasi hijau atau putih dan kuning mengkilap, serta kaki kuning atau hitam.

Terakhir, jenis Ijo Buata. Ayam ketawa ini berwarna dasar hijau dihiasi merah, diselingi warna hitam disayap, serta kaki berwarna kuning. Bori Tase’, ayam ketawa berwarna dasar bulu merah dan dihiasi
bintik kuning keemasan.